Pages

Minggu, 16 November 2008

Come Back

Come Back. Kata-kata ini biasa dipakai untuk sesuatu atau seseorang yang balik lag setelah menghilang. Dalam dunia olahraga, kata ini sering dipakai ketika seseorang atau sebuah klub berhasil berprestasi setelah lama terpuruk. Seperti sewaktu pertandingan Liverpool versus Wigan, dimana saat itu wigan sudah unggul 2-0 tetapi di akhir pertandingan skor berubah 3-2 untuk kemenangan Liverpool.

Liverpool memang dikenal sebagi sebuah klub yang sering ‘comeback’ dari kekalahan. Yang paling diingat penggemar sepakbola saat final Liga Champion tahun 2005. saat itu Liverpool harus bertemu dengan AC Milan, banyak jago dan pengamat yang mengungulkan AC Milan. Dugaan para pengamat itu hampir terbukti dimana dalam babak pertama saja Liverpool duah ketinggalan 3-0. tetapi, yang namanya ramalan masih butuh pembuktian, itulah yang terjadi. Pada babak kedua Liverpool bangkit dan berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3 hingga memaksa pertandingan diakhiri lewat drama adu penalty dimana sebelumnya diadakan perpanjangan waktu 2x15 menit. Nah, dalam babak adu penalti, dimana kebruntugan yang biasanya diandalkan, Liverpool lebih beruntung dari AC Milan. Maka Juaralah Liverpool dan menangislah para peman Ac Milan.

Bukan sekali itu saja Liverpool melakukan hal yang serupa. Pada musim kompetisi 2008/2009 ini Liverpool sudah dua kali melakukannya yakni ketika menghadapi Manchester City, dimana Liverpool sempat tertinggal 2-0 lalu menyudahi pertandingan dengan skor 3-2. maka banyak pengamat yang menyebut Liverpool adalah team yang jago merubah keadaan terpuruk menjadi kekalahan. Istilahnya come back.

Nah, come back berhubungan dengan kekuatan mental. Banyak juga klub-klub besar ketika menghadapi klub kecil kalah, lalu tidak bisa membalikkan keadaan. Untuk melakukan merubah sesuatu atau bangkit dari keterpurukankita harus memiliki mental yang besar. Maka beruntung Liverpool memiliki seorang Steven Gerrard. Pemain yang satu ini dipercaya banyak orang sebagai aktor dibalik kejadian-kejadian ajaib dalam pertandingan Liverpool. Ia memiliki mental baja dan juara.

Sekarang pertanyaannya bagaimana kita memiliki mental yang kuat, haruskah kita menjadi seorang juara terlebih dahulu? Sesungguhnya tidak, kita memiliki mental juara bukan berarti kita harus menjadi juara terlebih dahulu. Sesungguhnya juara atau prestasi yang kita punya adalah akibat dari mental yang kita miliki itu. jadi tumbuhkan sebabnya dulu baru akibatnya mengikuti.

Satu cara agar kita memiliki mental juara adalah dengan selalu membangun cara pandang dan perasaan positif. Ini yang dilakukan oleh Rafael Benitez, pelatih Liverpool, kepada anak buahnya diruang ganti saat istirahat pada pertandinagn melawan AC Milan. Saat itu diakuinya bahwa memberikan teknik adalah sesuatu yang percuma ketika mental pemain sedang jatuh. Maka ia memotivasi permainan, bahwa belum habis masih ada 45 menit kedua. Beliau juga meyakinkan para pemainnya bahwa untuk menampilkan seluruh kemampuan terbaiknya. Maka berubahlah Liverpool di babak kedua.
Membangun pandangan positif akan sesuatu itu sangat penting, coz akan berhubungan dengan kepercayaan diri kita. Ahli hikmat mengatakan, “Kitalah yang membuat diri kita sengsara atau membuat diri kita kuat” jadi bukan orang lain yang menentukan prestasi kita.

Jagalah selalu cara pandang kita akan sesuatu. Buang jauh-jauh kata ‘tidak bisa’ yakinlah selagi kita berusaha maka apa yang akan kita tuju akan tercapai. Jadi, mari bangun terus cara pandang positif agar hidup semakin indah.

0 komentar: