Pages

Kamis, 16 Juni 2011

“Membeli Mimpi “

Berjalan di situ...di pusat pertokoan
Melihat-lihat barang-barang yang jenisnya
beraneka ragam
Cari apa di sana....pasti tersedia
Asal uang di kantong cukup
Itu tak ada soal

Aku ingin membeli..kamu ingin membeli
Kita ingin membeli...semua orang ingin membeli
Apa yang dibeli...mimpi yang terbeli...
Tiada pilihan selain mencuri..

Sampai kapan mimpi-mimpi itu kita beli
Sampai nanti sampai habis terjual harga diri
Sampai kapan harga-harga itu melambung tinggi
Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi

Segala produksi ada disini
Menggoda kita 'tuk memiliki
Hari-hari kita berisi hasutan
Hingga kita tak tau diri sendiri

Melihat anak kecil mencuri mainan
Yang bergaya tak terjangkau olh bapaknya
Yang maling



Bagi kawan-kawan yang suka mendengar dan ngefans habis ama om iwan fals pasti tahu lagu ini. Yup, benar sekali lagu ini berjudul mimpi yang terbeli. Nah, lagu ini semalam dibawakan oleh om iwan saat beliau manggung di arena Pekan Raya Jakarta. Kalo tidak salah ini lagu yang ke 5 dinyanyikan oleh beliau. Oiya lagu ini juga dinyanyikan didepan bos nya PRJ ibu Sri Hartati Murdaya.

Pasti kita semua yang menonton berjingkrak dan mengikuti setiap bait yang dikeluarkan bang iwan. Tapi lagu ini seakan membawa pesan bagi arena PRJ ini secara khusus juga perilaku masyarakat Indonesia pada umumnya. Apa pesannya?
Saya merasakan om iwan telah melihat sesuatu yang hilang dari pagelaran PRJ ini. Tahu gak awalnya kalo PRJ itu diadakan sebagai maksud bagi memasyarakatkan dan mengembangkan budaya betawi, tapi apa yang terjadi pada pagelaran PRJ dimasa modern ini tepatnya ketika Arena pagelaran dipindah dari lapangan gambir ato monas ke bekas bandara di Kemayoran?

Yup, jawabnya jelas budaya betawi sudah tidak tergambar dalam pagelaran PRJ. Ondel-ondel kini telah berganti badut-badut promo. Abang – none betawi telah berubah menjadi penjaga stand dengan pakaian menggoda. Lalu barang-barang pajangan berubah menjadi produksi-produksi yang membuat kita meneteskan iler tergoda untuk membeli.
Ya, PRJ ibarat sebuah mall raksasa, yang mengundang mereka untuk membeli dan menghabiskan uangnya. Ditambah iming-iming diskon dan senyum SPG yang cantik terkadang membuat kita tidak berpikir lagi sebelum membeli.

Budaya hedonisme memang tengah mengepung kita. Budaya pengen apa aja tapa berpikir itu kita butuh atau tidak. Budaya yang jelas akan lebih banyak sisi negatifnya ketimbang positifnya. Iya, bagi yang punya uang lalu bagi yang tidak? Ia akan berusaha meminjam, itu juga kalo dapat, kalo tidak? Maka jalan pintas korupsi, mencuri, jambret, nodong sampai menjual kepribadian akan menjadi pilihan.
Maka, ah… saya gak mau panjang kata lagi, ingin menikmati lagu-lagu om iwan saja lewat PC, sambil mencoba bermimpi.

0 komentar: