Pages

Sabtu, 09 Agustus 2008

Santri Gemar Membaca II

Jakarta masih gelap. Kantuk belum juga hilang, ketika rombongan dari PPPA Darul Qur’an sudah siap untuk memulai aktivitasnya. Mereka akan menuju Surabaya, Solo dan Semarang dalam rangka launching program Santri Gemar Membaca (SGM). Program unggulan terbaru yang digulirkan oleh manajemen PPPA, Jakarta.

Kunjungan pertama adalah Surabaya. di kota buaya ini terjadwal 3 pondok pesantren yang akan dikunjungi. Kunjungan pertama adalah ke kota Gresik. Disana rombongan PPPA akan mengunjungi pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Dzinnur. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam dari Bandar udara Juanda, serta sempat di selingin dengan kunungan ke kantor PPPA cabang jawa timur rombongan tiba di lokasi pertama. Disana mereka sudah di sambut dengan muka-muka yang memancarkan kegembiraan. Seperti seorang anak yang menunggu mainan kesukaannya wajah mereka berseri-seri.

“senang” jawab seorang santri ketika ditanya bagaimana perasaannya dengan bantuan yang diberikan oleh PPPA ini. “nah, kalo memang senang mohon buku-buku ini dicintai.” Kata Muhamad Yusup, asisten manager PPPA Daarul Qur’an, “gimana cara mencintainya? Yaitu dengan membaca dan mempelajarinya”

Saat diserahterimakan bantuan dari PPPA kepada pengasuh ponpes Tahfidzul Qur’an Dzinnur, tampak terlihat wajah-wajah tidak sabar dari para santri. Sesekali mata para santri melihat dus-dus yang berisi paket buku bacaan dan seperangkat computer. Seolah-olah mereka ingin langsung saja membukanya. Maka ketika duz-duz itu dibuka, mereka langsung saja mengerubunginya. Mereka langsung membolak-balik buku-buku agama yang gres tersebut.

Sebagian santri lainnya asyik memperhatikan Darmawan yang sedang memperagakan bagaimana menggunakan program tafsir qur’an dan kitab-kitab lainnya di computer, “ini keren sekali, saya saja hanya mempunyai 20 an kitab sedangkan disini ada ribuan kitab” gumam ustad Ust. Mughni Labib sang pengasuh pondok pesantren.

“ iya, ini yang dinamakan dengan kitab digital” seloroh yusup sambil memperagakan penggunan kitab digital ini kepada ustad Mughni Labib.

Bersamaan dengan persemian juga dilakukan workshop penulisan singkat oleh tim PPPA. Puluhan santri terlihat antusias dengan pelatihan yang diberikan. Merekapun langsung mempraktekkannya dengan membuat cerita pendek bertemakan pondok dan perpustakaan.

Selepas dzuhur acara selesai, “tolong biasakan santri untuk shalat duha, tahajud dan berjamaah” pesan singkat yusp sambil berpamitan.

Acara dilanjutkan kepesantren Roudhotul Qur’an yang terletak di Dsn. Pasarsore Ds. Kanugrahan Maduran Lamongan. Kunjungan kedua ini sangat menguras tenaga. Jauhnya perjalanan dan lokasi pesantren yang ada dipelosok sempat membuat khawatir rombongan PPPA Jakarta, yang memang baru sekali ini ke lokasi tersebut.

“ kayak apa ye, ini pondok” keluh Yusup dengan logat khas betawinya, wajar sudah hampir 2 jam setengan perjalanan tetapi lokasi yang dituju belum juga terlihat. Walaupun agak sangat jauh tetapi kondisi jalan lumayan bagus, bahkan dibeberapa ruas dengan ada program betonisasi jalan. Setidaknya masih cukup lumayan bila dibandingkan dengan kondisi jalan alternative di Jakarta, yang lebih dominan lobang-lobangnya dimana-mana.

Namun, keresahan dan kekhawatiran tentang kondisi pesantren menjadi hilang ketika rombongan sampai di tujuan. Alunan merdu shalawat yang diiringi musik marawisan menjadi ucapan selamat datang. Walaupun mereka harus menunggu 1 jam dari jadwal yang disiapkan tidak ada wajah-wajah letih dan lelah. “menyambut dan menjamu tamu adalah suatu kewajiban” ujar ahmad, seorang santri di pondok tersebut. “apalagi kalo tamunya membawakan sesuatu itu lebih wajib lagi” ujar seoarng santri lainnya yang langsung disambut tawa.

“kita di PPPA bercita-cita agar para santri itu tidak hanya sekedar tahu ilmu agama saja, tetapi mereka juga tahu ilmu-ilmu social, ekonomi, budaya dan lainnya” ujar Darmawan. “makanya program santri gemar membaca ini kami gulirkan, salah satunya agar kelak ada kader-kader pesantern yang menjadi tokoh bangsa”

Ada satu yang membuat bangga dari pesantren ini. Walau letaknya jauh bukan berarti pesantren ini tidak memilik prestasi. Grup shalawatnya tercatat sebagai juara 1 di jawa timur, bahkan mereka telah memiliki cd rekaman. Tidak hanya itu saat ini mereka juga tengah mempelajari proposal kontrak yang diajukan oleh salah satu rumah rekaman.

“pantas aja suara dan permainannya merdu” ujar yusup ketika mendengarkan penjelasan pengasuh grup shalawat ini.

Selesai dari lamongan, rombongan berangkat ke tengah kota Surabaya. tujuannya adalah pesantren ”NURUL HIDAYAH” yang berlokasi di Jl. Gadel Timur I/ 9-A Tandes Surabaya. Rombongan harus mengalami keterlambatan 4 jam dari jadwal yang ditentukan. Tetapi keterlambatan ini juga kami artikan sebagai berkah dari Allah swt, sebab, seandainya tetap dilaksanakan di waktu semula pada jam 16.00 mungkin acara tidak akan berjalan dikarenakan pada waktu itu Surabaya tengah mengalami pemadaman listrik bergilir.

Di pesantren ini Ustadzah Mariati beserta santri telah menunggu. Saat rombongan datang mereka baru saja menunaikan shalat isya berjamaah. Kami langsung disambut dengan hidangan wedang jahe yang hangat dan cukup membantu menghilangkan rasa lelad dan tegang yang sangat. ”sayangnya ini kurang susunya” ujar Yusup, yang disambut tawa kami semua.

”bantuan ini telah kami tunggu loh” ujar ustadazah mariati sambil menebarkan senyumnya. Para santri langsung saja memelototi sejumlah kardus yang berisi paket buku dan seperangkat komputer.

”wuih ini ada ayat-ayat cinta” ujar seorang santri putri ketika menemukan buka laris karya Kang Abik tersebut. Langsung aja beberapa santri wanita lainnya menghampiri, ”aku pinjam dong” ujar salah satunya ”nanti ya aku dulu” kata yang memgang novel best seller itu.

Hari kedua rombongan menuju Solo. Disni ada dua pesantren yang akan menerima bantuan yaitu pesantren Al-Muayyad dan pesantren isy karima. Tetapi sayangnya acara di solo ini terkesan sepi-sepi saja. Hal ini bisa terjadi karena pada waktu itu para santri di kedua pondok tersebut sedang menjalani masa liburan.

Walau begitu kami tetap disambut oleh sejumlah pengurus ponpes yang tengah menyiapkan untuk menjalani tahun ajaran baru. Mereka merasa bengga dengan buku-buku yang diberikan dari hasil sedekah donatur PPPA. ”semoga saja niat tulus para donatur ini diberikan pahala yang setimpal dan berlimpa oleh Allah swt” doa pak Dian dari pesantren Al-Muayyad, yang diamini oleh rombogan PPPA.

Bagitu juga saat berada di Isy Karima. Ustad Irfan mendoakan yang serupa buat para donatur PPPA,

Hari ketiga rombongan menuju kota semarang. Di ibukota jawa tengah ini dalam rencana ada dua pondok yang akan menerima bantuan yang pertama adalah panti asuhan Nurul Baet dan pondok pesantran Al-Kautsar.

Di pesantren Nurul Baet, rombongan PPPA haru mendengarkan pengalaman bagus seorang santri yang sejak usia 1,5 tahun tinggal disana. Santri yang bernama Bagus itu saat ini berusia sekitar 4 tahun. Tidak ada wajah kesedihan diwajahnya. Bagus menjalani hari-hari layaknya mereka yang memiliki orang tua. Kami sempat tertawa saat menyaksikan Bagus yang lelap tertidur saat mendengarkan sambutan dari PPPA Darul Qur’an.

Bagus yang irit berbicara tetapi murah senyum ini sangat senang ketika mendapatkan buku anak-anaka yang bergambar. Walau belaum lancar membaca, bagus menikmati gambar-gambar dalam buku tersebut. Bahkan, ia sesekali tertawa, yang juga membuat kami sedikit tersenyum.

Lain lagi di pesantren Al-Kautsar. Pesantren yang letaknya berada di desa kadilangon, kebon batur, Mranggen Demak ini benar-benar menyiapkan sambutan yang hangat. Seluruh santri menggunakan batik yang bercorak hampir seragam. Mbak Ari dan Mbak Erna, perwakilan dari PPPA Jawa Tengah hanya tersenyum saja saat menyadari batik yang digunakannya memiliki warna yang serupa, ”tetapi ini nggak janjian loh” ujar keduanya sambil tersenyum kecil.

Ketika menuju pesantren ini kami sempat teringat dengan perjalanan ke Lamongan. Jarak yang cukup jauh dengan kondisi jalan yang tidak beraspal cukup membuat kami bernostalgia. ”kalo hujan jalan ini tidak bisa dilewati kendaraan” ujar pak Yusup dari PPPA Jawa Tengah, ketika melihat rombongan dari Jakarta tercengan dengan jalan tanah. ya, desa di pesantren ini sepertinya belum tersentuh oleh Pemda setempat, walau kami sempat menemukan stiker-stiker kandidat gubernur Jawa Tengah.

Epilog

Ya, buku seharusnya dekat denagn pelajar. Tetapi faktanya buku masih sangat menjadi barang mahal bagai mereka. Terutama bagi kalangan santri. Maka dari itu PPPA menggulirkan progarm Santri Gemar Membaca. Progrma ini dharapkan dapat semakin mendekatkan santri dengan buku. Agar mereka bisa membaca dan mencari ilmu baru.

Dengan buku yang bermutu diharapkan mereka lebih bisa membaca dunia dan lingkungan sekitarnya. Kita merindukan orang-orang seperti Hasyim Asyari, Ahmad Dahlan, Buya Hamka, Mohammad Natsir, Ahmad Tohari, Emha Ainun Najib dan lainnya. Mereka santri tetapi meraka juga ilmuwan. Mereka ulama tetapi mereka juga mengerti urusan dunia.

Maka mari kita terus dukung program mulia ini. Juga terima kasih kepada mereka yang trelah memberikan donasinya. Semoga apa yang telah diberikan mendapatkan ganjaran dan pahala yang setimpa. Aminn

0 komentar: