Pages

Sabtu, 09 Agustus 2008

Yang Terlupakan

Ketika saya bercerita ingin menulis buku ini, seorang teman bertanya, “kenapa sih tema itu yang dipilih, lu kan tahu itu bukan tema yang populis di kalangan remaja maupun penerbit?” saat itu saya menjawab pertanyaan itu hanya dengan sebuah senyuman saja, walaupun didalam hati saya mengiyakannya juga.

Pertanyaan itu hampir-hampir saja membuat saya enggan menuliskan buku ini, walaupun sudah ada bayangan tentang siapa saja tokoh yang akan saya tulis. Beberapa lama ide ini juga tidak saya sentuh, sampai ada suatu berita di Republika, bahwa masjid agung Al-Azhar akan memperingati satu abad kelahiran Buya Hamka.

Saat itu saya mengajak seorang teman untuk hadir di acara itu, tetapi saya terkaget dengan reaksinya, ia mengatakan, “siapa sih Buya Hamka?” sempat terkaget juga dengan pertanyaan saya ini. Ternyata setelah saya telusuri, bukan ia seorang yang tidak mengenal siapa itu Buya Hamka, hampir banyak juga yang tidak mengenalnya, walaupun memang masih ada juga yang pernah mendengarnya walau hanya sesayup-sayup suara angin sepoi.

Ternyata tidak hanya Hamka, yang tidak banyak di kenal. Nama-nama seperti M. Natsir, Syaikh Nawawi dan Syaikh Yusuf al-Maqasari juga banyak yang geleng-geleng kepala ketika ditanya.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mengingat sejarahnya sendiri. begitu sebuah pepatah. Pantas saja kita nggak bisa menjadi bangsa yang besar, kita telah lupa dengan sejarah bangsa kita. yang parah nggak hanya lupa, saya melihat ada upaya sistematis untuk melupakan sejarah bangsa ini dari generasi mudanya. Coba siapa yang mengenal nama Syafrudin Prawiranegara, padahal ia adalah pemimpin PDRI? Nah, PDRI itu apa juga? Ini menjadi makin parah.

Kita lebih akrab dan familiar dengan wacana-wacana Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, Yusuf Qardhawi, Taqiyuddin an-Nabhani, Nasiriddun al-Albani dan yang lainnya. Tetapi kita nggak mau menengok para pejuang islam kita. padahal mereka jugalah yang telah berjuang agar syariat islam tegak di bumi ini. Nama-nama seperti: Haji Agus Salim, Kasman Singodimedjo, M. Natsir, Buya Hamka, sudah sepatutnya kembali mendapat tempat di hati para aktivis islam. bukankah Piagam Jakarta hadir karena perjuangan dan usaha keras mereka. maka tidak adil kalo kita melupkan mereka. maka tepat di momen Agustus-an ini ada baiknya kita kembali mengingat jasa-jasa mereka. walau pemerintah enggan memberikan gelar pahlawan kepada mereka, biarlah gelar pahlawan itu melakat di hati kita. (Tulisan ini draft kata pengantar buku "Yang Berjasa dan Yang Terlupa ")

1 komentar:

Anonim mengatakan...

"Jangan sekali-kali melupakan sejarah...!", demikian kata pendiri negara ini.
Dengan mempelajari sejarah, kita akan tahu bahwa segala yang kita miliki sekarang adalah hasil kristalisasi keringat dan pergulatan pemikiran dari seluruh komponen bangsa sepanjang sejarah.

Salut...Terus gali sejarah panjang bangsa kita, dari segala sudut dan aspeknya.

Selamat terus berkarya...eh menulis...

Cheers...