Pages

Sabtu, 26 April 2008

negara individual

kalo kita mau perhatikan ternyata prestasi yang diraih cabang olahraga team sangat menyedihkan bila kita bandingkan dengan cabang olahraga perorangan. lihat saja bagaimana cabang olahraga sepakbola, yang digemari banyak orang dinegeri ini, gak ada prestasi yang bisa dibanggakan. begitu juga dalam olahraga volley, basket. polo air dan yang lainnya. semua sama nggak ada prestasi yang bisa membuat kita bangga.

tetapi sebaliknya dalam cabang olahrga yang menonjolkan peran seseorang. lihat aja dalam cabang bulutangkis. Gelar dunia, emas olimpiade, emas Al England dan sederet gelar lainnya udah pernah diraih. begitu juga dalam olahraga tinju kita punya nama Chris Jon. cabang tenis pernah ada seoarang Yayuk Basuki. di catur ada Grand Master Utut Adianto. dan lainnya.

yang jadi pertanyaan mengapa ini bisa terjadi? ternyata kalo kita mau teliti jawabnya ialah mudah. bangsa ini ternyata lebih suka menonjolkan dirinya, dibandingkan bila jarus kerjasama. semangat gotong royongnya sekarang sudah hilang. yang ada semangat narsisme, bangga dengan diri sendiri. semangat inilah yang kelihatan saat ini. kita lebih suka menyebut dan disebutkan nama sendiri, dibandingkan dengan mendengar nama orang lain.

yang parah ketika semangat ini juga terbawa kepada mereka yang seharusnya bekerja secara tim. diawal pemerintahan SBY-JK, kita kerap mendengar ketidaksepahaman mereka dalam beberapa hal. hingga mencuatkan isu ada menteri yang loyak kepada SBY dan menteri yang loyak kepada JK. begitu juga ditingkat menteri. banyak komentar-komentar yang saling bertabarakan antara menteri yang satu dengan menteri yang lain. padahal pemimpin mereka sama, sidang pun bareng-bareng. entah ini karena komunikasi yang nggak nyambung atau karena memang semangat individual itu.

dikalangan elite politik juga begitu. mereka ketika tidak cocok dengan kepemimpinan partai, atau ketika sudah merasa partainya gak bisa dimanfaatkan lagi. ramai-ramai keluar membikin partai baru. jadi jangan heran ketika jumlah partai sekarang semakin banyak. yang repotnya hampir partai baru itu dibuat oleh mereka yang memang sakit hati dengan partai lama mereka. ya, ketika diri tidak keangkat, atas nama perubahan dan pembaruan, mereka membuat partai baru lagi.

ah, sebetulnya banyak yang ingin saya tulis. tetapi karena nanti saya juga kena tuduhan narsis, asyik mengkritik tetapi gak mau dikritik, jadi saya sudahi dulu aja tulisan ini. moga-moga sih ada yang baca.

0 komentar: