Pages

Kamis, 07 Mei 2009

Menyikapi Sejarah

Ada perasaan yang takjub ketika saya menyaksikan film dokumenter tentang pendidikan dasar di Amerika Serikat. Saat itu tentang pelajaran sejarah. Sangat beda pola pelajaran antara disini dan disana. Bila kita lebih dibiasakan teks book dengan apa yang dipelajari. Tetapi siswa disana sudah diajari bagaimana berpikir kritis dan mengeluarkan segala pendapatnya tentang apa yang dipelajari



Ketika mempelajari tentang perang saudara yang terjadi di Amerika. Para siswa dibolehkan membaca dari beragam referensi baik yang sesuai dengan pemerintah maupun yang agak melenceng dari versi pemerintah. Sehingga terjadilah diskusi yang baik dari berbagai sudut pandang. Walau tetap diberikan closing statement dari sang guru. Yang disertai dengan apa manfaat dan hikmah kejadian tersebut.
Begitu dinamisnya sistem pelajaran disana. Begitu irinya saya melihat hal itu. Sejak dini anak-anak di Amerika telah diajarkan untuk saling berbeda pendapat tetapi juga tanpa harus memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Sesuatu yang sangat langka disini. Maka bisa jadi karena lebih di paksakan untuk selalu ‘seragam’ kita agak kurang bijak bila ada seseorang yang berbeda pemahamannya kepada kita.
Saya coba membandingkan ketika saya mempelajari sejarah di sekolah dasar dulu. Saya dan kawan-kawan diajarkan untuk seragam. Ini terlihat dari ditekankannya siswa dengan satu buku yang sama. Jadi bagaimana mau berdiskusi kalo kami semua ketika itu telah bersepakat dengan suatu peristiwa. Hal ini diperparah dengan tidak diberikannya masukan atau pendapat oleh sang guru. Jadi jangan heran bila sampai saat ini kita masih susah untuk menerima adanya perbedaan di sekitar kita (tentunya perbedaan yang positif).
Bagi saya ini mungkin salah satu faktor mengapa Amerika bisa maju dengan cepat dan pesat. Karena mereka menghormati sejarahnya. Beda dengan kita yang hanya menjadikan sejarah sebagai hafalan saja, tanpa mau menelaah lebih jauh mengapa suatu hal itu bisa berhasil atau bisa gagal. Karena memang dengan belajar dari masa lalunya manusia itu bisa maju dan berkembang.
Ambil contoh lain Jepang. Bagaimana porak-porandanya negara ini di perang dunia ke dua. Terlebih setelah pihak sekutu membom atom dua kota besarnya Hiroshima dan Nagasaki. Maka setelah itu bangsa Jepang menyadari kesalahannya di masa lalu. Lalu mereka menjadikan hal itu sebagai pelajaran berharga. Hasilnya kini bisa kita lihat. Bagaimana maju dan berkembangnya Jepang, bahkan, negara ini termasuk salah satu kekuatan dunia dalam bidang ekonomi untuk saat ini.
Banyak ragam manusia menyikapi sejarah. Ada yang acuh gak acuh seakan bagi mereka sejarah itu sesuatu yang tidak layak untuk ditengok lagi. Mereka selalu berbicara soal hari esok tetapi tak pernah memperhatikan hari-hari sebelumnya. Padahal apa yang kita lakukan hari ini merupakan perjuangan di hari lalu. Sedang kejadian esok hari adalah buah dari yang kita lakukan pada hari ini. (maaf) saya melihat ini pada bangsa kita. Bangsa ini seperti telah melupakan sejarah masa lalunya. Dan, bisa kita saksikan akibatnya pada masa ini.
Ada juga manusia yang selalu tenggelam dalam sejarah. Ia selalu menjadikan sejarah masa lalu sebagai patokan dan kebanggaan tetapi gak ada kemauan untuk kembali membangkitkan apa yang telah dicapai pada masa lalu. Inilah mungkin yang saat ini menghinggapi mayoritas umat Islam. Kita lebih suka membicarakan kegemilangan masa-masa awal Islam tetapi, kita gak mau atau serasa enggan untuk kembali menggunakannya di masa sekarang.
Ada juga manusia yang masa lalunya selalu menghantui perjalanan kehidupannya. Ia selalu dipenuhi dengan keputusasaan dengan hidupnya yang diakibatkan oleh suatu peristiwa yang dirasa tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Seperti seorang teman yang sehabis di PHK oleh pacarnya, selalu saja teringat dengannya. Hingga hidupnya seakan-akan berakhir disitu. Ia tidak mau menyadari betapa penting dan masih panjang hidupnya.
Tetapi ada juga manusia yang terpacu untuk bangkit dan berusaha merubah takdirnya setelah melihat sejarah masa lalunya. ia tidak mau masa lalunya malahan menjadikan ia seolah terpenjara. Sebaliknya, ia menjadikan masa lalunya sebagai lecutan dan pemotivasi untuk bertindak lebih baik di hari selanjutnya. Ia serasa tidak ingin jatuh ke lubang yang sama untuk dua kali. Inilah sikap manusia-manusia besar. Siapa yang tidak mengenal Einstein. Dahulu ia dianggap bodoh. Tetapi setelah ia menemukan tentang teori atom julukan itu sirna dari dirinya.
Ya, sejarah itu bukan untuk dilupakan. Sebaliknya, sejarah harus dijadikan sebuah pelajaran untuk menciptakan loncatan kedepan.

“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskna segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf: 111)

Maka bagi siapa saja yang menganggap sejarah itu hanya masa lalu yang tidak layak diingat. Masa yang sudah hilang dan tidak boleh dibicarakan lagi. Atau masa yang hanya membawa seseorang kepada masa lalu yang gak pantas untuk dikenang. Mari simak apa yang dikatakan oleh tokoh Furqan dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih-nya kang Abik.

“Sejarahlah yang memberitahu kepada kita siapa sebenarnya kedua orangtua kita. Siapa nama kakek nenek kita. Sejarah jugalah yang memberitahu kepada kita tempat dan tanggal lahir kita. Sejarah juga yang akan memberitahukan kepada generasi mendatang bahwa mereka ada sebab kita lebih dahulu ada. Jika mereka maju, maka sejarah yang akan memberitahukan kepada mereka bahwa kemajuan yang mereka capai tidak lepas dari keringat kita dan orang-orang dahulu. Orang yang tidak memperhatika sejarah masa lalu sangat memungkinkan jatuh kedalam lubang yang sama dua kali, bahkan mungkin berkali-kali. Dan itu sungguh suatu kecelakaan yang pasti sangat menggelikan.”

Ya, begitulah sesungguhnya sejarah. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi sejarah itu.


0 komentar: