Pages

Senin, 13 Juli 2009

Ngomongin Oposisi

pasca pilpres 2009 yang sepertinya kemenangan sudah bisa dipastikan kepada kandidat SBY - Boediono media-meda tidak begitu saja kehabisan berita untuk dijual. Setidaknya ada dua wacana yang sekarang sedang marak yaitu urusan bagi-bagi kursi kabinet, yang konon katanya tiap partai pendukung sudah menyetorkan nama dalam amplop tertutup, dan siapa yang akan 'bertugas' menjadi oposisi.



nah, ngomongin oposisi memang bukan sesuatu yang mudah di negeri ini. oposisi dalam praktik politik Indonesia ibarat barang langka yang saking langkanya udah susah didapatkan gak tahu juga kalo di jalan surabaya sana. karena memang setelah orde baru berkuasa yang namanya oposisi udah gak laku dan kagak dibiarkan hidup dalam ranah politik yang berbeda walaupun hanya sekedar ide akan menjadi sasaran tembak, beruntung kalo hanya ditangkap kalo hilang tanpa arah.

padahal pasca kemerdekaan tokoh-tokoh politik indonesia sudah biasa saling serang dan kritik dalam tataran ide dan wacana. ingat ide dan wacana bukan ranah pribadi. mereka asyik mengkritik satu dan yang lainnya tanpa harus ketakutan kehilangan kemerdekaan pribadi maupun keluarganya. teror-teror sedikit mungkin wajar tapi itu bukan masalah.

sekarang oposisi seperti sesuatu yang dihindarkan. tokoh partai golkar setelah kekalahan kandidatnya langsung berkomentar bahwa parti ini dibangun untuk memiliki peran dalam pemabangunan bangsa. seolah-olah oposisi adalah sampah dan tidak berperan bagi pembangunan bangsa. maka kita sebuat apa Nelson Mandela yang dalam kehidupannya dihabiskan untuk beroposisi lalu Aung san su kyii dai Myanmar yang sampai saat ini harus kehilangan Hak Azazinya karane memperjuangkan sesuatu yang juga bukan untuk dirinya saja.

sekarang tokoh besar lain lagi berkata bahwa beroposisi harus memiliki modal dalam arti rupiah. saya ragu dahulu masyumi yang sering berhadapan dengan partai pemerintah sebagai partai besar dengan modal melimpah.

pemilu 2004 sepertinya kita harus bersyukur bahwa PDI-P berkomitmen untuk beroposisi terhdapa pemerintah. namun sayang bahwa oposisi yang diambil hanya didasari kebencian dan kedengkian yang penting asal beda, tidak ada tawaran solusi yang baik. sampai-sampai sang ketua partai ienggan bertemu dan berjabat tangan dengan SBY. sesuatu yang aneh. padahal menjadi oposisi bukan berarti kita saling membenci apalagi memaki. beroposisi tidak sama dengan memutus tali silaturahim. oposisi adalah tugas mulia ini juga ranah berlomba-lomba meraih kebaikan. ini sebuah tugas bukan pekerjaan 'daripada' atau 'sekedar'....

jadi cukup menark untuk menunggu apakan akan ada yang mengambil jalan beroposisi agar demokrasi ini semakin bermakna dan berwarna....

0 komentar: