Siang tadi selesai makan siang di pasar mayestik, saya mendapatkan pengalaman mengesankan. Begini ceritanya:
Setelah makan siang dari pasar mayestik di tengah jalan saya bertemu 5 orang anak sekolah berseragam merah dan putih alias anak SD. Kelima anak itu komposisinya terdiri dari 3 lelaki dan 2 wanita. Seperti biasa mereka asyik bercanda di atas trotoar. Tepat di depan bank BNI ada pengemis ibu-ibu yang bersandar pada besi pembatas trotoar dan jalan raya. Nah, disinilah peristiwa mengesankan itu terjadi.
Bertemu dengan sang pengemis kelima siswa SD ini berhenti. Lalu seorang lelaki diantara mereka bertanya, “ibu sudah makan?” yang dijawab gelengkan kepala pelan . Lalu dengan spontan sang anak memberikan bungkusan gorengan yang dipegangnya, padahal saya juga lihat gorengan itu baru saja dibelinya tidak jauh dari tempat itu, “ini untuk ibu, makan ya biar tidak sakit” lalu bungkusan itu diambil pengemis itu sambil berkata pelan, “Terima kasih”
Melihat adgen atersebut spontan saya berkata, “subhanallah” ya, saya kagum dengan jiwa empati anak SD tersebut. Kalo hanya sekedar mengasih mungkin banyak di temui, tapi saya yakin apa yang dilakukan oleh sang anak ini timbul dari rasa empati yang dalam, kalimat, “ini untuk ibu, makan ya biar tidak sakit” menjadi penegas rasa empati itu.
Ternyata di tengah gempuran mesin game semacam Playstation yang biasanya cenderung membuat jiwa seorang anak menjadi individualis, selalu mementingkan diri sendiri, dan berkurangnya jiwa simpati dan empati kepada sesama, apa yang ditunjukkan anak tadi menjadi semacam oase, pembangkit optimis saya bahwa masih ada loh calon generasi bangsa ini yang bisa menghidupkan semangat jiwa bangsa Indonesia.
Sikap ini juga menjadi jawaban bahwa masih ada pendidik ataupun orang tua yang bisa mentransfer sifat-sifat penuh kasih kepada sesama. Di tengah kehidupan yang semakin susah, ternyata siswa SD tadi masih memiliki kebesaran hati memberikan apa yang jelas-jelas sedang dinikmatinya. Jiwa kebersamaan dan keindahan berbagi telah tumbuh dari dirinya. Dalam hati saya berdoa semoga sang anak di kehidupan besarnya nanti tetap dapat mempertahankan sikap mulia yang sudah dimilikinya dari kecil ini dan bisa menjadi agen of the change bagi lingkungannya… aminn.
Selasa, 20 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar