Pages

Senin, 05 Juli 2010

Suares, Henry dan Di Canio

Ketika pertandingan memasuki menit-menit akhir dalam laga Uruguay vs Ghana, terjadi kemelut di depan mulut gawang Uruguay. Adiyiah, pemain depan Ghana, mampu menyundul bola dan bola mengarah dengan liar ke arah gawang Uruguay. Ketika seorang pemain belakang Uruguay mencoba menahan bola dengan kepalanya, tapi tidak kena. Dan, Luis Suarez kembali berada tepat di depan gawang. Entah sengaja atau tidak, bola kembali diblok. Namun, kali ini dengan dua tangannya bak seorang kiper yang berusaha mengamankan gawangnya.

Aksi yang dilakukan oleh Luis Suarez mungkin biasa jika yang melakukan seorang penjaga gwang. Tapi faktanya Luis Suarez adalah seorang striker. Aksi Suares bagi masyarakat Ghana dan sebagian supporter mungkin dijadikan penyebab terbesar kegagalan mereka ke semifinal, Meski kegagalan Asamoah Gyan mengeksekusi penalti juga menjadi cerita lain.

Maka Suares menjadi pahlawan bagi warga Uruguay dan mereka membenarkan apa yang telah dilakukannya. Bukankah seorang pahlawan rela berkorban apa saja demi negaranya. Namun di sisi lain masyarakat mengutuk apa yang telah di lakukan oleh Suarez. Aksi Suares dinilai telah menodai slogan fair play yang suka di gadang-gadangkan oleh FIFA.

Apa yang dilakukan oleh Suares bukanlah peristiwa baru. Pemain sebesar Thiery Henry pernah melakukan hal serupa. Ketika itu Thierry Henry mendapat bola yang melaju cepat. Tapi terlihat pemain senior Prancis dan penyerang Barcelona itu mengontrol bola dengan tangannya dalam waktu yang singkat, kelak dalam rekaman terlihat ia mengontrol bola dengan tangan dua kali, sebelum memberi umpan silang kepada William Gallas. Bek tengah Arsenal itu lantas mampu membobol gawang Irlandia sehingga kedudukan berubah 1-1. Gol itu mengubur impian Irlandia untuk berlaga di Piala Dunia 2010.

kasus ini melaju kencang bak bola salju. Irlandia kecewa atas kegagalan lolos Piala Dunia dan pelatih Giovanni Trappattoni mengatakan bahwa wasit Swedia Martin Hansson telah melakukan kesalahan besar. Republik Irlandia melalui Asosiasi Sepakbola Republik Irlandia (FAI) secara resmi meminta FIFA mengulang laga kontra Prancis. Mereka beralasan bahwa keputusan yang jelas-jelas dilakukan oleh wasit terkait gol tersebut telah merusak integritas olahraga.

Lalu apakah olahraga hanya memikirkan kemenangan dan melupakan sportivitas? Apakah boleh menghalalkan sega cara untuk meraih kemenangan? Lalu kalo iya, apa definisi fair play yang selalu di dengungkan dalam pertandingan olahraga? Sepertinya ini masih menjadi bahan perdebatan pecinta olahraga.

Namaun melihat aksi-aksi tidak sportif ini, ingatan saya memtuar ulang apa yang pernah dilakukan oleh Paolo di Canio. Striker asal Italia ini dianggap sebagai salah satu biang keonaran di lapangan dan pemain dengan tempramen tinggi yang meledak-ledak. Namun tidak selamanya kedua sifat itu ditunjukkan di dalam lapangan, mantan striker West Ham United ini juga bisa berjiwa besar. Itu dibuktikan dengan diraihnya penghargaan sebagai pemain paling fair pada 2001 oleh FIFA. Penghargaan ini diberikan atas aksi Di Canio yang memutuskan membuang bola saat ia melihat kiper Everton Paul Gerrard terkapar, padahal 99% pasti gol kalau dia memutuskan untuk meneruskan permainan dan tinggal menceploskan bola ke gawang yang kosong.
Ah, indahnya apa yang dilakukan oleh Di Canio

0 komentar: