Pages

Senin, 03 Mei 2010

Indonesia yang lucu

Alhamdulillah sabtu kemaren (1/5/2010) saya berkesempatan menonton film karya Dedy Mizwar yang berjudul 'Alangkah Lucunya Negeri Ini'

seperti lazimnya film-film karya dedi mizwar sebelumnya film ini adalah film ringan namun berat akan hikmah dan pelajaran. lagi-lagi film dalam film ini Dedi Mizwar ingin mengajak kita merenung (atau menertawakan) diri sendiri melalui dunia hiburan.

film ini berkisah tentang 3 orang anak muda Muluk (Reza Rahadian)-putra Haji Makbul (Deddy Mizwar)-sarjana manajemen yang tak kunjung mendapat pekerjaan; ada Syamsul (Asrul Dahlan), sarjana pendidikan yang sehari-hari main gaple; ada Pipit (Tika Bravani), putri Haji Rahmat (Slamet Rahardjo), yang sehari-hari kerjanya cuma ikut tebakan kuis.

film ini coba menggugat kesadaran kita sebagai sebuah anak bangsa akan apa yang terjadi dengan kondisi negara nya. setting kondisi anak jalanan, yang diperankan oleh anak-anak yang rata-rata memang anak jalanan, yang menjadi pencopet lalu coba di sadarkan oleh seorang pemuda (muluk) untuk merubah anak-anak itu dengan menjadi seorang pengasong atau dalam artian dari mencari rejeki yang haram ke yang halal ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan.

terlebih kenyataan ketika anak-anak itu yang telah memutuskan untuk menjadi pengasong harus berhadapan dengan kejaran petugas satpol PP dalam hari pertamanya mengisyaratkan bahwa di negeri ini mencari yang halal sama susahnya dengan mencari yang haram. bahkan terkesan yang haram iru lebih mudah dan cepat membuat kita kaya

pada sosok syamsul kita diajak berpikir penting atau tidaknya pendidikan dalam kehidupan manusia. Syamsul yang seorang sarjana pendidikan trauma ketika untuk menjadi seoarng guru dia harus menyetor sejumlah uang dulu. dia merasa lalu buat apa pendidikan yang dia tempuh bila itu tidak menjadi landasan penilaian? dari sini dia mengambil kesimpulan ternyata pendidikan tidak penting yang penting adalah uang. ini juga yang ada dalam pikiran Haji Sarbini (jaja miharja) yang mengatakan bahwa mencari uang lebih penting daripada menghabiskan waktu untuk menempuh pendidikan tinggi, sebab banyak orang yang lulusan pendidikan tinggi namun masih aja menganggur.

lewat tokoh haji makbul dan haji rahmat, penonton coba diajak bahwa peran agama dalam kehidupan kita sangat penting sehingga kita tidak semena-mena dalam melakukan sesuatu. mereka coba memngajarkan bahwa hasil yang baik juga harus di lewati oleh proses yang baik.

walau film ini bersetting di sudut ibukota namun inilah realita yang terjadi di Indonesia secara keseluruhan. banyaknya lulusan universitas yang menganggur atau yang tidak mendapat kerjaan sesuai dengan klasifikasinya. juga derita anak-anak jalanan yang seharusnya mendapatkan naungan dari pemerintah namun malah jadi 'musuh' pemerintah (adegan akhir film ini yang sungguh mencabik hati).

ya, film ini memang mengahak kita tertawa (tepatnya menertawakan diri sendiri) sambil tak lupa untuk berpikir.


NB : thanks to Wanda Hamidah dan Ciryl Raoul Hakim ( yang mentraktir tiket film ini) juga kepada kawan-kawan alumnus jakarta bergerak wibisono sastrodiwiryo, ferina, barnard, idhoy dan kwan lain yang tidak sempat hadir... semoga acara kedepan bisa kumpul lebih komplit

0 komentar: