Pages

Kamis, 22 Juli 2010

Mohammad Natsir

Belum lama ini kalo kita mau jeli membaca media cetak nasional yang ada di negeri ini, kita akan perhatikan ada berita seputar polemik pemberian gelar pahlawan nasional kepada seorang yang bernama M. Natsir.


Bagi umat Islam Indonesia, nama M. Natsir tentu sudah sangat tidak asing. Ia adalah seorang pemikir, dai, politisi, dan sekaligus pendidik Islam terkemuka. Ia dikenal sebagai tokoh, bukan saja di Indonesia, tetapi juga di dunia Islam. Ketua Umum Dewan Da’wah, Syuhada Bahri menggambarkan Natsir sebagai pribadi yang sangat unik. Menurut Syuhada, bidang apa pun yang digeluti Moh. Natsir, visinya sebagai dai dan pendidik senantiasa menonjol.


Bahkan mantan PM Jepang, Takeo Fukuda, ketika mendengar kabar seputar meninggalnya M. Natsit pada tahun 1993 mengatakan, “Berita duka tersebut teras lebih dahsyat dari jatuhnya bom atom di Hiroshima, karena kita kehilangan pemimpin dunia dan pemimpin besar dunia islam”


Mohammad Natsir lahir di Alahan Panjang, Sumatera Barat, 17 Juli 1908. sejak muda Natsir sudah tertarik pada masalah-masalah politik dan keislaman. Natsir adalah seorang tokoh yang berjiawa merdeka dan mempunyai idealisme yang tinggi. Karena semangatnya seputar maslaah keislaman dan politik, sejak muda, ia telah terlibat polemic dengan soekarno seputar maslah tersebut.


Dalam pendidikan Natsir, tidak hanya menempuh pendidikan umum melalui sekolah Belanda. Ia juga menempuah pendidikan islam. hal ini merupakan bukti kesungguhan Natsir dalam menimba ilmu.


Natsir terkenal sebagai tokoh yang menentang sekularisasi. Makanya, tokoh kita yang satu ini menjadi orang yang pertama bersuara ketika Soekarno berkeinginan untuk mensekulerkan Indonesia. Pada saat itu Soekarno tertarik dengan metode kemal Attaturk dalam mensekulerkan Turki.


Bagi Natsir, Islam tidak hanya sekedar agama formal. Tetapi juga melingkupi soal-soal politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Makanya, menurut Natsir Islam harus menyatu dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan darinya termasuk dalam masalah kenegaraan.


Natsir juga mempunyai jasa yang sangat besar dalam keutuhan negara republk Indonesia. Itu terjadi ketika M. Natsir berhasil menyatukan kembali Republik Indonesia, ketika negara ini terpecah menjadi 17 negara bagian. Saat itu Natsir, mengeluarkan apa yang disebut dengan mosi integral untuk menyatukan kembali Republik Indonesia.


Tetapi sayang apa yang telah diperjuangkan oleh Muhammad Natsir, tidak mendapatkan apresiasi yang baik dari para penguasa, baik masa orde lama maupun masa Orde Baru. Pada masa Orde Lama, Natsir, disingkirkan oleh presiden Soekarno, bahkan hingga memenjarakannya. Tidak cukup sampai disitu Soekarno juga membubarkan partai Masyumi yang saat itu dipimpinnya, sekaligus melabeli Nastsir dengan stigma tokoh garis keras dan radikal. Padahal Natsir termasuk orang yang dekat dengan soekarno. Tidak jarang ia suka membarikan nasihat dan masukan-masukan seputar masalah kenegaraan.


Begitu juga ketika memasuki masa Orde Baru. Walau sempat dibebaskan dari tahanan, Natsir, tetap dalam tekanan dari mereka yang berkuasa pada saat itu. Pada saat itu Natsir dicekal dalam segala kegiatan politiknya. Ia juga dilarang berbicara dan menuliskan ide-idenya bahkan sampai tingkat mengucilkan.


Pemerintah Orde Baru juga melupakan nama Natsir dari sejarah republik ini. Namanya tidak pernah ada dalam pelajaran-pelajaran sejarah baik tingkat dasar maupun perguruan tinggi. Natsit dilupakan dan dikucilkan. Tetapi, bukan Natsir kalau harus menyerah pada keadaan. Ketika dia dilarang untuk memasuki gelanggang politik, maka ia memutuskan untuk terjun dalam bidang dakwah dan sosial. Maka dibentuklah sebuah organisasi yang diberi nama Dewan Dakwah Islamiyah.


Selain itu beliau juga aktif dalam sejumlah organisasi Islam internasional. Seperti pada Kongres Muslim Sedunia pada 1967 yang bermarkas di Karachi, disini ia menjabat sebagai wakil presiden. Kemudian pada tahun 1969 ia menjadi anggota Dewan Masjid Sedunia yang bermarkas di kota Mekkah.


Walaupun Natsir dilupakan dan tidak diakui perannya di dalam negeri. namun kebesaran namanya tetap harum di luar negeri. banyak pengamat politik Indonesia yang menuliskan jasanya dalam setiap karyanya.


Dalam pandangan Moehammad Roem, Natsir adalah seoran tokoh besar. Ia juga menganggap Natsir sebagai The Spiritual Leader, bagi umat muslim di Indonesia. Baginya, Natsir, jika tbukan orang yang paling pintardi Indonesia, setidaknya salah seorang pintar di Indonesia.


Harum di Dunia Internasional

Walaupun peran dan kiprah M. Natsir tidak mendapatkan apresiasi di dalam negeri, tetapi tidak begitu dengan apa yang didapatnya di luar negeri. atas sejumlah jasa-jasanya beliau mendapatkan tempat yang bagus di dunia internasional.


Memang di dunia internasional, M. Natsir juga mempunyai pergaulan yang cukup luas. Bersama Maulana Abul A’la al-Maududi dan Abu Hasan an-Nadawi, ia memimpin sidang muktamar alam islamy di Damaskus. Selain itu beliau juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Kongres Islam Sedunia dan Muktamar Alam Islami.


Selain aktif di berbagai organisasi, beliau juga dikenal sebagai tokoh yang terus-menerus menyuarakan dukungannya bagi kemerdekaan bangsa-bangsa Islam. makanya tidak mengheranan bila ia sering dimintakan pendapat dan nasihatnya oleh tokoh-tokoh pergerakan dunia, seperti PLO di Palestina, para mujahidin Afganistan, Moro, Bosnia dan yang lainnya. Bahkan, yang hebatnya, M.Natsir, tidak hanya dimintakan pendapat oleh tokoh-tokoh muslim saja, beliau juga sering dimintakan pendapat oleh tokoh-tokoh non-muslim.


Makanya nggak salah atas usahanya itu beliau mendapatkan penghargaan internasional berupa bintang penghargaan dari Tunisia dan dari yayasan Raja Faisal, di Arab Saudi. Selain itu beliau juga mendapatkan gelar doctor Honoris Causa dari universitas islam Libanon dan juga dari Universitas Kebangsaan serta Universitas Sain Teknologi Malaysia. Ya, walaupun bangsa sendiri belum menghargai jasanya ternyata bangsa luar telah melihatnya sebagai seorang pahlawan.


M Natsir dan Pendidikan

“Maju atau mundurnya salah satu kaum bergantung sebagian besar kepada pelajaran dan pendidikan yang berlaku dalam kalangan mereka”


Begitulah yang dikatakannya dalam pidato yang berjudul, “Ideologi Pendidikan Islam”. perkataannya ini membuktikan bahwa M. Natsir adalah seorang tokoh yang sangat peduli pada dunia pendidikan.


Natsir memiliki ide untuk menginegrasikan ilmu pendidikan dengan ajaran islam. hal ini penting baginya agar peserta didik tidak saja paham ilmu-ilmu sosial namun juga dapat mengaitkannya dengan ilmu-ilmu keislaman. Bagi Natsir agama dan ilmu pendidikan itu tidak bertolak belakang. Beda dengan sejarah Kristen yang pernah mempunyai pengalaman sejarah peselisihan antara agama dan ilmu pengetahuan.


M Natsir memandang pendidikan yang baik ialah pendidikan yang mana lulusannya mampu bertindak kreatif dan mandiri. Jadi seorang siswa dapat bertindak dan berpikir merdeka dan menghilangkan ketergantungan yang tinggi pada faktor luar.


Inilah puisi gubahan Hamka yang diberi judul ”Kepada Saudaraku M. Natsir”. Puisi ini ditulis Hamka di Ruang Sidang Konstituante pada 13 November 1957, setelah mendengar pidato Moh. Natsir di Majlis Konstituante:


Meskipun bersilang keris di leher

Berkilat pedang di hadapan matamu

Namun yang benar kau sebut juga benar

Cita Muhammad biarlah lahir

Bongkar apinya sampai bertemu

Hidangkan di atas persada nusa


Jibril berdiri sebelah kananmu

Mikail berdiri sebelah kiri

Lindungan Ilahi memberimu tenaga

Suka dan duka kita hadapi

Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu

Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi

Ini berjuta kawan sepaham

Hidup dan mati bersama-sama

Untuk menuntut Ridha Ilahi

Dan aku pun masukkan

Dalam daftarmu .......!


Sebagai seorang tokoh yang besar, Natsit tetaplah merakyat. Ia tidak pernah berlagak semena-mena dengan gaya hidupnya. dalam hidupnya gak ada kamus aji mumpung. Walau ia seorang pejabat tetapi, tidak menjadikannya ia seoarang yang gila harta dan pangkat. Dikiashkan beliau pernah meraskan kelaparan sewaktu perjalanan ke Bandung untuk meresmikan masjid. Walau saat itu beliau memegang uang kas masjid, dan kawan-kawannya menyarankan untuk menggunakan uang itu terlebihdahulu, pilihan itu tidak akan pernah diambilnya. Ia lebih rela kelaparan daripada harus menggunakan uang yang memang bukan menjadi haknya.


Selain itu, beliau juga seoarang pejabat yang sangat sederhana. Bahkan saking sederhananya beliau tidak memiliki baju yang ‘layak’ untuk seorang pejabat. Hal ini bukan karena beliau sok miskin, tetapi karena memang ketiadaan uang yang dimilikinya. Hingga akhirnya para staf di kantornya patungan dan membelikan pakaian yang memang pas untuknya.


Sikap ini harusnya menjadi otokritik bagi para pejabat kita sekarang. Sebab memang mereka menjabat disana bukan untuk gaya-gayaan, apalagi ditengah kondisi masyarakat yang sedang setengah mati memperjuangkan hidupnya. mereka menjabat disana untuk menjalankan amanah.

0 komentar: