Pages

Rabu, 04 Agustus 2010

Logika Makelar

Makelar ada dimana saja bahkan institusi negara pun tak lepas dari cengkeramanan profesi ini


Suatu ketika seorang kawna ingin menjual kendaraannya karena ia sedang membutuhkan uang, lalu ia mengajak saya untuk menemaninya ke rumah seseorang yang memang biasa menjadi perantara atau lebih dikenal dengan sebutan makelar. Sesampainya ditempat tujuan ia menjelaskan maksud kedatangannya, yang langsung mendapat perhatian antusias dari sang tuan rumah.

Ketika selesai menjelaskan barang apa yang akan dijual, makelar tadi langsung berkata, “ok, kalo gitu bagian buat saya berapa? “ ini pertanyaan yang wajar sebenarnya dari mulut seorang makelar. Logika seorang makelar memang begitu biasanya di agak begitu peduli dengan siapa yang menitipkan apa untuk dijualnya juga dengan siapa yang mau mendapatakan apa yang di jualnya. Yang ada di benaknya pertama adalah berapa keuntungan yang akan dia dapatkan.

Seorang makelar juga biasanya akan tega menggagalkan transaksi bila ia merasa bahwa transaksi yang dilakukannya tidak menghasilkan uang atau keuntungan yang sepadan, gak perduli dengan alasan sang penjual yang sedang mengiba serta sangat memerlukan uang.

Lalu bagaimana dengan kondisi barang yang dijual? Ini hebatnya lagi seorang makelar. Mereka memiliki kemampuan komunikasi yang hebat. Kalo tidak pandai lawan bicaranya pasti serasa terhipnotis dan terima aja. Maka tidak jarang barang tidak bagus akan dibilang bagus, lalu orang itupun akan membelinya.

pengertian kata makelar sendiri berarti merupakan perantara antara penjual dan pembeli. Makelar yang sudah mengenal baik si penjual dan si pembeli, maka keberhasilan akan terjadinya sebuah transaksi akan semakin besar. Makna kata ini sebenarnya tidak ber-konotasi negatif, karena di Belanda makelar merupakan nama profesi terhormat dan biasa. Sehingga di sana ada istilah makelaar-skantoor yang berarti biro makelar. Ma-kelaardij, pekerjaan makefar. Makelaar-kosten atau biaya makelar, dan makelaar-sloon, balas jasa makelar. Dalam konteks bisnis tugas makelar ialah juru transaksi, yang menghubungkan penjual dan pembeli, dimana ia mendapatkan keuntungan berupa komisi.

Namun di Indonesia Kata makelar menjadi negatif ketika ia diartikan sebagai calo. Maka kita mengenal istilah calo karcis, calo TKI, calo tanah, calo rumah, hingga yang berkaitan dengan bisnis tingkat tinggi seperti calo senjata, calo minyak, dan seterusnya, sampai kemudian dalam konteks hukum kita mengenal istilah calo kasus alias makelar kasus (markus).

Yang paling parah adalah ketika praktek makelar merambah pula ke bentuk-bentuk baru yaitu makelar politik. kasus suap dalam pemilihan deputi senior Gubernur BI yang melibatkan banyak sekali anggota DPR dan dalam praktek pembuatan undang-undang yang tidak berpihak kepada rakyat seperti hilangnya pasal tembako dalam UU kesehatan adalah contohnya.

Makelar kasus dan makelar politik adalah sama jahatnya. Kedua-duanya merupakan praktek pragmatis Machia-vclistik yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, dengan mengandalkan kekuatan uang dan mem-persetankan moralitas.

Kalau memang benar demikian yang terjadi, saya khawatir dengan apa yang dikatakan oleh seorang kawan. Yang pada suatu ketika ia berbicara, “Konon negara ini dijalankan oleh orang-orang yang berpikiran dan berlogika layaknya calo. Mereka asyik menawarkan apa yang terbaik di negeri ini. apa saja akan dilakukan oleh mereka asal mendapatkan untung” lalu saya tanya, “nah, soal kemakmuran rakyat gimana? “ yang dijawabnya dengan serius, “ah, mereka terlalu baik memikirkan kita semua, sedang memikirkan mereka dan keluarganya aja empot-empotan”
Ah, semoga aja yang disampaikan kawan saya tadi tidak benar alias hanya kabar angin saja.

0 komentar: